Ahad siang, 6 Shafar 1438 H
_
#ADAB_DAN_HUKUM_DI_SOCIAL_MEDIA (02)
-----------------------------------
Assalāmu'alaikum warahmatullāhi wabarakātuh.
Bapak-bapak, ibu-ibu, rekan-rekan, ikhwān, dan akhawāt yang saya muliakan, kita akan berbicara tentang adab dan hukum yang berkaitan dengan social media.
Salah satu ulama besar pada hari ini, Syaikh Shalih Ālu asy-Syaikh, ketika beliau menjelaskan tentang tanda-tanda hari Kiamat, beliau menjelaskan bahwa tidak semua tanda-tanda hari Kiamat itu negatif.
👉 OK, Dajjal negatif, Ya'juj dan Ma'juj negatif, durhaka kepada orang tua negatif, banyaknya kasus pembunuhan negatif.
👉 Tapi, tidak semuanya negatif, dan salah satunya adalah netral, yaitu fenomena yang sedang kita alami pada hari ini.
Sebagaimana definisinya adalah media. Sebagaimana pisau adalah media atau alat untuk memotong, maka sosmed adalah media yang bisa membawa kita ke surga atau membawa kita ke neraka. Yang bisa kita gunakan untuk mendapat nikmat kubur atau kita gunakan untuk mendapatkan adzab kubur.
👉 Sosmed adalah pedang bermata dua. Oleh karena itu, seorang muslim yang hidupnya saat ini tidak bisa dipisahkan dengan media sosial, dia harus tahu adab dan hukum yang berkaitan dengan media yang satu ini.
Kita akan bahas dengan penuh keterbatasan, namun semoga yang sedikit ini diberkahi Allah Subhānahu wa Ta'ālā.
👉 Sebelum kita menggunakan sosmed, sebelum kita gunakan media-media tersebut, sebelum kita berinteraksi, sebelum kita memainkan gadget kita:
(1) Point yang pertama: BAGI WAKTU DENGAN PROPORSIONAL
Hendaknya kita pahami bahwa Islam menuntut kita membagi waktu dengan proporsional.
👉 Menggunakan gadget atau menggunakan sosmed itu boleh, selama postif. Tapi, kita harus tahu waktunya, karena kita dituntut untuk membagi waktu secara proporsional. Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam menyatakan:
إِنَّ لِرَبِّكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، فَأَعْطِ كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ.
"Sesungguhnya Rabb-mu memiliki hak (yang harus engkau tunaikan), dirimu itu memiliki hak, dan keluargamu (istri, anak-anak, atau yang ibu-ibu, suaminya, anaknya) itu memiliki hak, maka berikanlah setiap orang dan semua pihak haknya masing-masing." (HR. Al-Bukhari no. 1832 [versi Fat-hul Bāriy no. 1968])
👉 Ini [merupakan] salah satu penyakit sosmed yang paling parah, yaitu waktu kita habis.
Suami pulang, istri masih asyik saja dengan facebook-nya atau game-nya. Nabi mengatakan bahwa Rabb kita punya hak.
Silakan berteman di jejaring sosial, tapi ingat [bahwa] Allah punya hak, istri punya hak, suami punya hak, anak-anak punya hak. Semua punya hak yang harus kita tunaikan.
Tahu tidak, hadits [yang diriwayatkan oleh] Al-Bukhari ini, Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam sampaikan kepada siapa? Pertama kali Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam sampaikan hadits itu kepada siapa sih? Kepada Abu Ad-Darda'.
Māsyā Allāh. Ada apa dengan Abu Ad-Darda'? Apa beliau punya facebook?
Beliau over dalam beribadah. Istrinya tidak pernah disentuh. Siang puasa, malam qiyamul lail dari ba'da Isya' sampai menjelang Shubuh.
Akhirnya, dinasihati oleh Salman. Abu Ad-Darda' tidak terima, lapor kepada Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam. Lalu Nabi mengatakan:
صَدَقَ سَلْمَانُ
"Yang benar itu Salman."
Lalu Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam mengatakan hadits di atas:
"Sesungguhnya Rabb-mu punya hak (wahai Abu Ad-Darda')."
==> Terlalu bersemangat beribadah itu bagus, tapi jangan lupa, tubuhmu itu juga punya hak. Harus tidur. Tidak bisa qiyamul lail dari ba'da Isya' sampai Shubuh setiap hari. Itu tidak bisa. Harus tidur.
"Dan istrimu, anak-anak mu punya hak."
==> Punya hak disapa, dibelai, diajak bicara, bercanda, main sama anak, itu punya hak. Jangan hanya shalat terus. Maka berikanlah setiap pihak haknya masing-masing.
==> Itu yang dikritik, yang keranjingan shalat lail [shalat malam / tahajud –ed.]. Bagaimana kalau Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam melihat bagaimana kita berinteraksi dengan gadget kita?
👉 Saya ingin tanya, kalau kita evaluasi diri, yang paling sering kita pegang, gadget kita atau tangan istri kita? Jangan-jangan, nikah bertahun-tahun tidak pernah gandengan tangan ini.
👉 Itu baru istri loh. Kita belum bicara Mushaf [Al-Quran], kita belum bilang kitab Shahīh Al-Bukhāriy, kita belum bicara kitab Shāhih Muslim, kita belum bicara Kitāb At-Tauhīd.
👉 Prioritas orang lebih asyik dengan gadget-nya. Mana yang lebih sering kita pegang, gadget kita atau kita pegang tangan mungil anak kita?
Itu semua punya hak. Kalau shalat saja tidak bisa dijadikan alat untuk menjustifikasi seseorang yang tidak menunaikan hak keluarganya, bagaimana [dengan] sosmed yang ada di tengah-tengah kita sekarang?
👉 Coba kita renungkan, kita tuh ngapain sih [dalam] hidup ini? Apakah kita pegang mushaf seperti kita pegang gadget kita?
👉 Pembagian waktu itu penting, karena kita akan ditanya oleh Allah Subhānahu wa Ta'ālā. Silakan bersosial dengan media-media yang ada, tapi jangan lupakan shalat, jangan lupakan menuntut ilmu. Waktu ini penting.
الوقت كالسيف إن لم تقطعه قطعك
"Waktu itu ibarat pedang. Kalau anda tidak tebas dia, dia akan tebas anda."
👉 Kita akan ditanya oleh Allah. Tadi haditsnya sudah dibacakan. Kaki ini tidak akan beranjak dari sisi Allah sampai kita ditanya empat perkara:
✔️ Waktu kita, kita habiskan untuk apa?
✔️ Lalu dalam riwayat masa muda kita, kita habiskan untuk apa?
Ini 'kan pengulangan dan penekanan, karena masa muda bagian dari waktu hidup kita. Itu ditanya oleh Allah.
Dan istri kita akan menuntut pada hari Kiamat, suami kita akan menuntut pada hari Kiamat. Anak-anak ketika kurang perhatian, papahnya sibuk dengan gadget-nya, mamahnya sibuk dengan gadget-nya, dia akan tuntut kita pada hari Kiamat kelak.
Maka, gunakan semestinya. Silakan punya grup, tapi jangan terlalu banyak aktif di grup, dan juga tidak jelas. Ketika dicek, cuma haha-hihi. Untuk apa? Padahal Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam mengatakan:
وَلاَ تُكْثِرِ الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ
"Jangan terlalu banyak tertawa, karena banyak tertawa itu akan mematikan hati." (HR. At-Tirmidzi no. 2305)
Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam 'kan mengatakan dalam hadits [yang diriwayatkan oleh] At-Tirmidzi no. 2317:
مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ اَلْمَرْءِ, تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ
"Salah satu tanda baiknya Islam seseorang, ia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat."
Jadi, kalau obrolan di grup sudah tidak jelas, apalagi cendrung haram, cut.. selesai.
Kalau cuman kasih jempol doang, buat apa habis-habisin waktu? Jangan habiskan waktu!
Salah satu tanda kebaikan seseorang, dia meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi akhiratnya atau bagi dunianya.
Prioritas orang habis satu jam, dua jam hanya untuk di grup satu, di grup dua, di grup tiga, di grup empat. Boleh, tapi dilihat proporsional, tidak?
👉 Al-Hasan Al-Bashri rahimahullāh pernah berkata:
من علامة إعراض الله تعالى ، عن العبد أن يجعل شغله فيما لا يعنيه
"Salah satu tanda bahwa Allah berpaling dari seseorang, Allah akan biarkan ia sibuk mengurusi hal-hal yang tidak bermanfaat baginya."
Jadi, kalau pekan ini kita evaluasi, waktu kita kebanyakan yang tidak bermanfaat dan mayoritas habis buat sosmed, maka itu menunjukan bahwa Allah berpaling dari kita. Kita ditinggalkan oleh Allah, kita tidak diberikan hidayah [petunjuk –ed.] oleh Allah, kita tidak diberikan taufik oleh Allah Subhānahu wa Ta'ālā.
Allah biarkan dia sibuk dengan hal-hal yang tidak bermanfaat.
____________________________
🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 24 Al-Muharram 1438 H / 25 Oktober 2016 M
👤 Ustadz Nuzul Dzikri, Lc.
📔 Materi Tematik | Adab dan Hukum di Sosial Media (Bagian 02)
⬇ Download Audio: bit.ly/BiAS-NZ-SosMed-02
Info Program Cinta Sedekah Bulan ini :
1. Pendirian Rumah Tahfidz di 5 Kota
2. Membantu Operasional Radio Dakwah di 3 Kota
📦 Salurkan Infaq terbaik anda melalui
| Bank Syariah Mandiri Cab. Cibubur
| No. Rek : 7814500017
| A.N : Cinta Sedekah (infaq)
| Konfirmasi Transfer :
+62878-8145-8000
Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah
🌎 www.cintasedekah.org
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
------------------------------------------
Belum ada tanggapan untuk "Adab dab Hukum di Media Sosial (02): Bagi Waktu secara Proporsional "
Posting Komentar