Ahad pagi, 19 Syawwâl 1437 H
_
HADITS KE-3 (01):
HAKIKAT KEBAIKAN DAN DOSA (BAGIAN 1)
〰〰〰〰〰〰〰
بسم اللّه الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله
.
Kita lanjutkan ke hadits berikutnya:
وَ عَنِ النَّوَّاسِ ابْنِ سَمْعَانَ رضي اللّه عنه قَالَ سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللّهِ صلّى اللّه عليه وسلّم عَنِ الْبِرِّ وَ اْلأِثْمِ فَقَالَ اَلْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَ اْلأِثْمُ مَا حَاكَ فِى صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاس
Dari Shahabat An-Nawwās bin Sam'ān radhiyallāhu ta'ālā 'anhu, beliau berkata:
Aku bertanya kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wasallam tentang makna al-birru (kebajikan) dan al-itsmu (dosa), maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wasallam berkata, "Al-birru (kebajikan) adalah akhlaq yang mulia, adapun al-itsmu (dosa) yaitu apa yang engkau gelisahkan di hatimu dan engkau tidak suka kalau ada orang yang mengetahuinya." (HR. Muslim no. 4632 [versi Syarh Shahih Muslim no. 2553])
Ikhwān [saudara-saudara –ed.] dan akhawāt [saudari-saudari –ed.] sekalian yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, Shahabat ini bertanya kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wasallam, tentunya agar dia bisa beramal.
👉 Dan demikianlah adab seorang yang hendak bertanya, maka dia niatkan tatkala dia belajar adalah untuk diamalkan.
👉 Dan yang ditanya oleh Shahabat ini adalah pertanyaan yang sangat indah, tentang, "Apa hakikat kebajikan?" Dan, "Apa hakikat daripada dosa?" Adapun jawaban Nabi shallallāhu 'alayhi wasallam berkaitan dengan hak kebajikan, kata Nabi shallallāhu 'alayhi wasallam :
حُسْنُ الْخُلُق
"Akhlaq yang mulia."
👉 Padahal kita tahu bahwasanya kebajikan itu mencakup banyak sekali perkara; semua kebaikan adalah kebajikan. Tetapi, kenapa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wasallam mengkhususkan penyebutan husnul khuluq (akhlaq yang mulia)?
⇒Ini menunjukkan akan keutamaan dan keistimewaan akhlaq yang mulia.
👉 Karenanya, sabda Nabi shallallāhu 'alayhi wasallam ini mirip seperti sabda Nabi shallallāhu 'alayhi wasallam :
الْحَجُّ عَرَفَة
"Haji adalah 'Arafah."
(HR. Ahmad no. 18023, Abū Dāwud no. 1664 [versi Baitul Afkar Ad-Dauliyah no. 1949], At-Tirmidzi no. 814 [versi Maktabah Al-Ma'arif Riyadh no. 889, 890], An-Nasāi no. 2994 [versi Maktabah Al-Ma'arif Riyadh no. 3044], dan Ibnu Mājah no. 3006 [versi Maktabah Al-Ma'arif Riyadh no. 3015])
👉 Artinya apa? Inti daripada ibadah haji adalah wukuf di padang 'Arafah.
⇒Bukan berarti haji cuma wukuf di padang 'Arafah saja, tidak. Ada namanya thawaf, sa'i, ihram, lempar jamarat, mabit di Mina, mabit di Muzdalifah, dan ibadah-ibadah yang lainnya. Ini semua merupakan rangkaian ibadah haji.
👉 Tetapi Nabi shallallāhu 'alayhi wasallam mengkhususkan penyebutan wukuf di padang 'Arafah karena dia adalah inti daripada ibadah haji. Sama seperti, "Kebajikan adalah akhlaq yang mulia." ⇒Artinya apa? Akhlaq mulia memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam.
Oleh karenanya, kalau kita ingin melihat dalil-dalil tentang akhlaq yang mulia, sangat banyak:
● Dalil ⑴
Sabda Nabi shallallāhu 'alayhi wasallam :
لَيْسَ شَيْءٌ أَثْقَالُ فِي الْمِيزَانِ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ
"Tidak ada suatu yang lebih berat daripada akhlaq yang mulia dalam timbangan pada hari Kiamat." (HR. Ahmad dari Shahabat Abū Ad-Dardā`, di-shahih-kan oleh Syaikh Al-Albāni dalam Shahīh Al-Jāmi')
👉 Ini menunjukkan, kalau seseorang memiliki akhlaq yag mulia, maka akan sangat memperberat timbangan kebajikannya di hari yang sangat dia butuhkan kebaikan, yaitu tatkala hari Kiamat kelak.
● Dalil ⑵
Nabi shallallāhu 'alayhi wasallam mengatakan dalam haditsnya:
إنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ
"Sesungguhnya seorang dengan akhlaqnya yang mulia bisa meraih derajat orang yang senantiasa berpuasa sunnah dan senantiasa shalat malam." (HR. Ahmad dalam Musnad-nya no. 24073)
👉 Orang ini, mungkin, dia jarang shalat malam, mungkin dia jarang puasa sunnah, tetapi dia akhlaqnya mulia: orang senang dekat sama dia, orang bahagia duduk sama dia, orang senang mendengar wejangan-wejangannya, orang senang mendapatkan bantuannya. Maka, meskipun dia jarang shalat malam, meskipun dia jarang berpuasa sunnah, namun dia mendapat pahala orang-orang seperti itu. Kenapa? Dengan akhlaqnya yang mulia.
● Dalil ⑶
Sabda Nabi shallallāhu 'alayhi wasallam:
أَقْربكمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحاسنكمْ أَخْلَاقًا
"Orang yang paling dekat kedudukannya denganku pada hari kiamat adalah yang paling baik akhlaqnya." (HR. At-Tirmidzi no. 2018 dari Shahabat Jābir)
👉 Jika Anda ingin dekat dengan Nabi shallallāhu 'alayhi wasallam pada hari Kiamat, perbaiki akhlaq Anda, karena Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wasallam mengatakan, "Yang paling dekat dengan aku adalah yang paling baik akhlaqnya."
⇒ Ini menunjukkan keutamaan dan keistimewaan akhlak yang mulia: dia adalah amalan yang spesial.
👉 Jangan kita sangka amalan itu hanyalah shalat, puasa, zakat! Akhlaq yang mulia adalah amalan yang sangat spesial yang sangat mulia di sisi Nabi shallallāhu 'alayhi wasallam.
Oleh karenanya, [hendaklah] seseorang berusaha menghiasi dirinya dengan akhlaq yang mulia. Jangan seorang mengatakan:
"Saya tidak bisa mengubah akhlaq saya."
"Saya memang begini modelnya."
"Saya diciptakan begini modelnya, tabiat saya memang seperti ini."
👉 Kalau akhlaq tidak bisa diubah, lalu buat apa hadits-hadits yang begitu banyak tentang akhlaq yang mulia? Buat apa ayat-ayat Allah turunkan tentang memotivasi orang-orang berakhlaq mulia?
👉 Ini menunjukkan akhlaq bisa diubah;
✓Seorang yang pelit bisa jadi orang dermawan.
✓Seorang yang pemarah bisa jadi seorang yang penyabar.
Jangan sampai seorang mengatakan:
"Saya memang suka marah."
"Saya memang temperamental."
"Saya begini tipenya."
Jangan seperti itu! Seperti itu orang bisa mengubah akhlaqnya.
● Dalil ⑷
Dalam hadits, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wasallam mengatakan:
أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ
"Aku menjamin istana di bagian atas surga bagi orang yang memperindah akhlaqnya." (HR. Abu Dawud)
Dalam riwayat lain:
لِمَنْ حَسُنَ خُلُقُهُ
"Bagi orang yang memperindah akhlaqnya."
Berarti, akhlaq itu bisa diperoleh/diraih.
● Dalil ⑸
Dalam hadits, kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wasallam :
مَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ الله
"Barangsiapa yang berusaha bersabar, maka Allah akan jadikan dia penyabar." (HR. Al-Bukhāri dan Muslim dari Shahbat Abū Sa'īd Al-Khudri)
⇒ Orang yang pemarah bisa jadi penyabar.
Karenanya, para hadirin yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, inilah keutamaan [serta] keistimewaan akhlaq mulia.
👉 Para ulama menyebutkan, di antara akhlaq mulia, sebagaimana perkataan Ibnu Al-Mubārak:
◆ Akhlaq mulia terkumpul pada 3 perkara
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ الضَّبِّيُّ حَدَّثَنَا أَبُو وَهْبٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمُبَارَكِ أَنَّهُ وَصَفَ حُسْنَ الْخُلُقِ فَقَالَ هُوَ بَسْطُ الْوَجْهِ وَبَذْلُ الْمَعْرُوفِ وَكَفُّ الْأَذَى
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Abdah Adh-Dhabbi: Telah menceritakan kepada kami Abu Wahb dari Abdullah bin Al-Mubarak bahwasanya ia menjelaskan tentang husnul khuluq (akhlak yang baik) seraya berkata,
"Berwajah ceria, menebarkan kebaikan, dan mencegah keburukan." (HR. At-Tirmidzi no. 1928 [versi Maktabah Al-Ma'arif Riyadh no. 2005])
Yaitu:
⑴ Wajah yang sering berseri-seri (senyum).
⑵ Mudah untuk berbuat baik kepada orang lain.
⑶ Tidak mengganggu orang lain.
⇒ Ini 3 rukun akhlaq.
Insyā Allāh, kita akan lanjutkan lagi pada halaqah [pertemuan –ed.] berikutnya.
وبالله التوفيق
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
.
______________________________
🌍 BimbinganIslam[dot]com
Selasa, 10 Sya'ban 1437 H / 17 Mei 2016 M
👤 Ustadz Firanda Andirja, M.A. (Pengajar resmi di Masjid Nabawi, Madinah)
📗 Kitābul Jāmi' | Bāb Al-Adab
🔊 Hadits ke-3 | Hakekat Kebaikan dan Dosa (bagian 1)
Belum ada tanggapan untuk "Kitabul Jami (04): Hakikat Kebaikan dan Dosa (01)"
Posting Komentar