Malam Ahad, 26 Syawwâl 1437 H
_
#KITÂBUL_JÂMI' (08), #HADITS KE-6 :
#ANJURAN_MENJILAT_JARI_SETELAH_MAKAN
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله.
.
Ikhwan dan akhawat, kita masih bersama Kitābul Adāb [maksudnya: Bâbul Adâb –ed.] dari "Kitābul Jāmi" yang terdapat di akhir "Bulūghul Marām" karangan Ibnu Hajar Asy-Syāfi'i rahimahullāhu Ta'āla. Kita sekarang masuk pada halaqah [pertemuan –ed.] yang ke-8.
وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا- قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم: «إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ طَعَامًا, فَلَا يَمْسَحْ يَدَهُ, حَتَّى يَلْعَقَهَا, أَوْ يُلْعِقَهَا». مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ. (١)
Dari Ibnu 'Abbas radhiyallāhu Ta'ālā 'anhumā, beliau berkata: Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wasallam bersabda,
"Jika salah seorang dari kalian makan makanan, jangan dia usap tangannya sampai [hingga –ed] dia menjilat tangannya tersebut, atau dia menjilatkan tangannya tersebut." (HR. Al-Bukhari no. 5035 [versi Fat-hul Bari no.5456] dan Muslim no. 3787 [versi Syarh Shahih Muslim no. 2031])
Kata Ibnu Hajar, diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim.
👉 Ikhwan dan akhawat, hadits ini menjelaskan tentang salah satu adab dari adab² dalam memakan: seorang yang makan hendaknya dia membersihkan makanan, dan ini [merupakan] adab Islam yang sangat indah, agar kita dijauhkan dari sikap tabdzīr [pelakunya disebut mubadzir –ed.] dan sikap kufur kepada nikmat.
👉 Bayangkan, kalau makanan yang lezat belum habis, kemudian kita cuci piringnya atau kita cuci tangan kita, sehingga mengalirlah makanan tersebut bersama kotoran-kotoran.
Ini merupakan bentuk dari tidak bersyukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
👉 Oleh karenanya, Islam mengajarkan kita untuk bersyukur atas segala nikmat yang Allāh berikan kepada kita.
👉 Dalam hal makanan, kita berusaha menghabiskan makanan tersebut. Seorang makan sesuai dengan keperluannya, dan tatkala dia ambil makanan tersebut, maka dihabiskan, jangan sampai ada yang dibuang, sehingga dia menjilat sisa-sisa makanan yang ada, baik yang ada di tangannya ataupun yang ada di piringnya.
✖️ Maksud Nabi -shallallâhu 'alaihi wasallam-, di sini, bukanlah tatkala sedang makan dijilat-jilat tangannya, kemudian dia makan lagi, apalagi tatkala sedang makan berjama'ah. Tidak.
✔️ Maksudnya adalah di akhir tatkala selesai makan: selesai makan, dibersihkan, karena dalam hadits Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wasallam mengatakan:
إِنَّكُمْ لاَ تَدْرُونَ فِى أَيِّهِ الْبَرَكَةُ
"Kalian tidak tahu di bagian mana makanan tersebut yang ada keberkahannya." (HR. Muslim no. 3792 [versi Syarh Shahih Muslim no. 2033] dari Shahabat Jabir bin Abdullah radhiyallāhu 'anhu)
👉 Tatkala makanan banyak dihadapan kita, Allāh meletakkan barakah di sebagian makanan tersebut. Kita tidak tahu, di mana barakah tersebut, apakah di awal makanan kita, di tengah makanan, atau di akhir makanan kita?
👉 Dan kalau pas kita mendapati keberkahan makanan tersebut, maka ini akan berpengaruh dengan ibadah kita:
✓Keberkahan membuat kita sehat.
✓ Keberkahan membuat kita semangat untuk beribadah.
Ini Allāh berikan keberkahan kepada makanan tersebut.
👉 Maka, [hendaknya] seseorang berusaha untuk menghabiskan makanannya, sehingga dia bisa—pasti—mendapatkan keberkahan makanan tersebut, karena diajarkan bagi kita untuk menjilat-jilat tangan kita yang masih bersisa-sisa makanan.
👉 Demikian juga, kata Nabi shallallāhu 'alayhi wasallam:
أَوْ يُلْعِقَهَا
"..Atau dia jilatkan kepada orang lain."
📌 Maksudnya, yaitu seperti antara suami dan istri.
✔️ Di antara bentuk rasa cinta suami dan istri, istri terkadang menjilat tangan suaminya atau suami menjilat tangan istrinya.
✔️ Dan ini di antara perkara yang disunnahkan, tidak jadi masalah kalau mereka sedang makan, mereka saling suap menyuapi atau saling menjilati jari diantara mereka.
📌 Atau antara ayah dengan anak. Ini tidak mengapa dan diajarkan dalam Islam.
👉 Oleh karenanya, jangan dengarkan perkataan sebagian orang yang merendahkan adab Nabi shallallāhu 'alayhi wasallam dalam masalah ini.
Mereka mengatakan, "Apa itu Islam, kok adabnya buruk sampai menjilat-jilat jari? Ini adalah perkara yang menjijikkan."
Ini tidak benar. Maksud Nabi -shallallâhu'alaihi wasallam- bukan kita menjilat-jilat jari kita tatkala sedang makan bersama di tengah makan, akan tetapi maksudnya adalah setelah di akhir makan, untuk menunjukkan rasa syukur kita kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Tidak ada sedikit makananpun yang kita buang, tapi semuanya kita makan.
👉 Dan kita ingat, masih banyak orang-orang miskin yang kesulitan mendapatkan makan dan kelaparan. Apakah kita kemudian makan, kemudian ada sisanya lalu kita buang?
👉 Seandainya, sisa-sisa tersebut kita habiskan, [ini] menunjukkan rasa syukur kita kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Demikianlah apa yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini.
وبالله التوفيق والهداية.
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته.
.
______________________________
🌍 BimbinganIslam[dot]com
Selasa, 21 Syawwal 1437 H / 26 Juli 2016 M
👤 Ustadz Firanda Andirja, M.A. (Pengajar resmi di Masjid Nabawi, Madinah)
📗 Kitābul Jāmi' | Bulūghul Marām
🔊Hadits ke-6 | Anjuran Menjilati Jari Sesudah Makan
📦 Donasi Operasional dan Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank 451
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004
📮 Saran dan Kritik
Untuk pengembangan dakwah group Bimbingan Islam silahkan dikirim melalui
SaranKritik@bimbinganislam[dot]com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar