Pages

Minggu, 06 November 2016

Adab dan Hukum di Media Sosial (05): Memberikan Efek Positif, bukan Negatif

 Malam Senin, 7 Shafar 1438 H
_



#ADAB_DAN_HUKUM_DI_MEDIA_SOSIAL  (05) 

-----------------------------------


Assalāmu'alaikum warahmatullāhi wabarakātuh.
.

Bapak-bapak, ibu-ibu, rekan-rekan, ikhwān, dan akhawāt yang saya muliakan, kita akan berbicara tentang adab dan hukum yang berkaitan dengan social media. Kita masih membahas kaidah yang kedua dari point yang ke-4.

👉 Telah dijelaskan tentang kaidah yang kedua, yaitu, "Kita jangan memposting, jangan berkomentar, kecuali benar dari segi konten, atau materi (substansi).." dan yang kedua, "..Benar dari sisi penyampaiannya."

👉 Kita sudah jelaskan dari sisi materi dan kita tekankan metode kroscek, kroscek, dan kroscek, karena bisa jadi materi keliru itu datang dari orang-orang yang shalih.

👉 Lalu, pastikan cara penyampaian kita benar. Bagaimana cara penyampaiannya?

Allah sebutkan dalam surah Al-Isrā`, ayat 53. Allah Subhānahu wa Ta'ālā berfirman kepada Nabi kita shallallāhu 'alaihi wasallam:

وَقُل لِّعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنسَانِ عَدُوًّا مُّبِينًا
"Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia."

Penjelasan:
📌 "Dan katakan (sampaikan) kepada hamba-hamba-Ku," jika mereka mau berbicara (kalau dia mau posting, kalau dia mau comment, kalau dia mau menyampaikan sebuah artikel), dia harus gunakan bahasa yang terbaik.

Kata "ahsan" dalam ayat ini, kalau pakai istilah bahasa Inggris, yaitu superlatif, bukan comparatif. Jadi, bukan yang "lebih baik", tapi "yang terbaik".

Jadi, "..Bilang ke hamba-hamba-Ku (yang  merasa hamba Allah saja, kata Allah), kalau mereka mau berbicara, gunakanlah bahasa yang terbaik," kenapa? Karena setan akan mengadu domba mereka, "..Dan sesungguhnya setan adalah musuh kalian yang nyata." Maka, gunakanlah bahasa yang terbaik.

"Tapi, Pak Ustadz, saya ini begini ini.." Ya sudah, diam. Tidak usah bicara. Anda harus diam. Kalau mau bicara, gunakan bahasa yang terbaik. Apalagi di sosmed, karena ketika kita masuk ke grup, atau di Facebook atau di Twitter, atau kita mention sesuatu, kita tidak memberikan ekspresi, lalu tidak ada intonasi. Jadi, secara umum, tidak ada ekspresi, tidak ada intonasi, sehingga rentan salah pahamnya kuat.

Dan Allah katakan, setan akan adu domba. Jadi, ini kata kunci:

 إِنَّالشَّيْطَانَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ.
.

Ingat, setan ada di mana-mana. Begitu antum keluarkan kata tersebut, maka misi dia adalah membuat orang miss (salah paham) dengan bahasa antum. Makanya, gunakan bahasa yang terbaik.

Antum balas sambil senyum, tapi dia pikir antum cemberut. Itu sering terjadi. Banyak sekali miss (salah paham) di grup. Makanya, kalau hal-hal sensitif, jangan gunakan sosmed, [tapi] telepon langsung. Sedikit-sedikit sosmed, sedikit-sedikit sosmed, semua sosmed. Bicara masalah-masalah sensitif itu di telepon.

Kalau mau pakai sosmed, pastikan ada pembukaan dan ditutup pintu-pintu miskomunikasi. Diawali dengan doa misalnya, biar dia tahu bahwa kita ini pengen yang terbaik untuk dia. Tapi kalau tidak, bicara via telepon lebih nyaman, lebih jelas, karena di situ ada intonasi, disitu lebih bebas.

Jadi, kalau kita mau sosmed, gunakan bahasa yang terbaik. Jangan membuat bahasa yang ambigu, yang membuat orang salah tafsir, yang membuat orang miss, membuat orang tersinggung, padahal kita tidak ada maksud ke sana.

👉 Gunakan bahasa yang terbaik.

👉 Jangan lupa salam. Salam itu penting. Itu salah satu metode yang terbaik. Salam dulu sebelum antum masuk:

 السلامعليكم ورحمة الله.
"Semoga keselamatan meliputi dirimu."

Kata Nabi
shallallāhu 'alaihi wasallam:

السلام قبل الكلم
"Salam dulu sebelum bicara."

Itu menunjukkan kita ingin kebaikan untuk dia. Orang akan paham, "Oh ya, ini orang baik. Kalau tiba-tiba langsung dikritik, langsung diserang, dan seterusnya, ini akan menimbulkan masalah. Wallāhu Ta'ālā a'lam bish-shawab.

Jadi, gunakan bahasa yang terbaik. Kalau tidak bisa, maka belajar. Kita harus belajar seni komunikasi Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam, dan bisa kok. Kenapa tidak bisa? Belajar dengan orang-orang yang bahasanya bagus, bahasanya santun, bahasanya lembut.

👉 Gunakan bahasa-bahasa lembut di sosmed. Apalagi kalau kita misinya untuk berdakwah kepada member-member grup tersebut. Jangan kasar! Pakai bahasa yang lembut.

Allah berfirman:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ
"Karena rahmat Allah lah engkau lembut dengan mereka. Kalau saja engkau kasar, hatimu keras, mereka akan bubar dari hadapkanmu." (QS. Āli 'Imrān: 159)

Saya ingin tanya:
👉 Siapa yang dimaksud dengan "engkau" dalam ayat ini? Rasul.
👉 Dan "mereka" dalam ayat ini siapa? Sahabat.

Jadi, Allah mengatakan:

"Karena rahmat Allah lah, engkau, wahai Muhammad, lembut dengan para sahabatmu. Kalau engkau kasar dan hatimu keras, mereka akan bubar."

👉 Allāhu Akbar. Abu Bakar tidak bisa dikerasi, Umar tidak bisa dikerasi, Utsman tidak bisa dikerasin, 'Ali tidak bisa dikerasi, 'Abdurrahman bin 'Auf tidak bisa dikerasi. Itu manusia-manusia terbaik, terbening, terbersih hati mereka. Kalau metode Nabi kasar, langsung serang sana, langsung vonis sini, mereka tidak bisa, mereka tidak betah, mereka akan menghindar.

👉 Anggota grup antum itu bukan Abu Bakar, bukan 'Umar, bukan 'Utsman, bukan 'Ali, dan Anda bukan Muhammad bin 'Abdullah shallallāhu 'alaihi wasallam.

👉 Kalau seandainya Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam menggunakan bahasa kasar, bahasa keras, [maka] mereka akan bubar. [Lalu] bagaimana dengan kita?

"Tapi, saya orangnya begini ini, Pak ustadz." Ya sudah, tidak usah jadi admin, 'kan tidak ada kewajiban menjadi admin. Kalau tidak mampu, tidak usah jadi admin.

👉 Kaidah fiqih mengatakan, tidak ada kewajiban kalau Anda tidak mampu. Kalau Anda mau terjun di dunia ini, Anda harus tahu SOP dan kriteria-kriterianya, dan belajar dulu!

👉 Jangan sampai dakwah tercemar gara-gara kita. Gara-gara kita keras atau kasar di sosmed, akhirnya dakwah yang rusak. Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam bersabda dalam hadits [yang diriwayatkan oleh] Al-Bukhari:

إِنَّ مِنْكُمْ مُنَفِّرِينَ
"Di antara kalian ada orang-orang yang kerjaannya membuat orang lari dari sunnah."

Lari dari Islam, lari dari akidah yang benar, gara-gara sikap dan tutur kata kita.

👉 Itu syarat yang ke-2: Benar dari segi konten dan cara penyampaian.

-3- Kaidah yang ketiga, efeknya positif.

Kalau kita mau bicara (dan kaidah ini terapkan di setiap bidang), syarat yang ke-3: Ada efeknya positifnya, atau bisa menekan ke-mudharat-an yang ada pada saat itu.

Jadi, kita harus memperhatikan:
√ Kalau saya masuk ke diskusi yang ada di grup, efeknya bagaimana nih, positif atau negatif? 
√ Kalau saya kasih tanggapan, kira-kira bisa meredakan atau membuat bola menjadi liar?

👉 Kalau saat kita bicara justru akan memperburuk suasana, walaupun isinya benar, maka Imam An-Nawawi mengatakan, "Tidak boleh bicara, tidak ada manfaatnya."

Ini penjelasan Syaikh Sulaiman Ar-Ruhaili.

👉 Kita harus berpikir: Ketika kita masukkan postingan di grup keluarga, misalnya, lihat efeknya bagaimana. Efeknya seperti apa?

Kalau memperparah, akhirnya pecah, jangan kirim pada saat itu. Bukan, "Jangan berdakwah," tapi, "Jangan kirim pada saat itu!" Carilah waktu lain, atau cari media lain.

Yang penting, jangan asal bicara, terus kita cuci tangan! Kalau kita ingin bicara, pastikan efek dari pembicaraan kita positif, atau bisa menekan ke-mudharat-an yang sudah ada.

👉 Kalau justru memperparah atau menimbulkan masalah baru yang tidak kalah parahnya dengan masalah sebelumnya, jangan bicara, jangan masuk, jangan bergabung, jangan comment, jangan posting!

Kaidah fiqih mengatakan:

درء المفاسد مقدم على جلب المصالح
"Menghindar dari keburukan yang besar atau yang selevel itu lebih didahulukan daripada mengambil manfaat."

👉 Ini penting. Orang yang cerdas, dia harus tahu dan dia harus perhitungkan apa yang terjadi kalau saya kasih komentar.

Makanya, Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam tetap bersikap baik dengan orang munafik, tidak menunjukkan permusuhan. Kenapa demikian?

Ditanyakan oleh para sahabat, "Ya Rasulullah, kenapa kita tidak perangi saja orang-orang munafik? Kenapa Anda tetap melibatkan Abdullah bin Ubay Bin Salul?" Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam mengatakan, "Aku khawatir akan terbentuk opini di tengah-tengah manusia bahwa Muhammad hobinya memerangi dan membunuhi sahabat-sahabatnya sendiri."

Orang munafik itu penampilannya mukmin, dan mayoritas manusia tidak mengerti kekufuran yang ada di hati-hati mereka. Kalau Nabi perangi, menggunakan bahasa yang tegas-tegasan dengan mereka, maka manusia [yang] tidak mengerti akan berpikir, "Muhammad itu suka memerangi sahabatnya. Kalau begitu, jangan masuk Islam, karena kita masuk islam pun, kita bisa diperangi sama nabinya sendiri."

Maka, Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam menggunakan bahasa yang lembut dan tidak menggunakan komunikasi yang tegas-tegasan dengan orang-orang munafik. Ini fiqih beliau, mempertimbangkan efek dari sikap dan gaya komunikasi yang akan beliau sampaikan.

Dan ini yang harus kita pikirkan. Jangan asal bicara! Kita harus bermain cantik dalam masalah ini.

Wallāhu Ta'ālā a'lam bish-shawab.

____________________________

🌍 BimbinganIslam.com
Jum'at, 27 Al-Muharram 1438 H / 28 Oktober 2016 M
👤 Ustadz Nuzul Dzikri, Lc
📔 Materi Tematik | Adab dan Hukum di Social Media (Bagian 05)
⬇️ Download Audio: bit.ly/BiAS-NZ-SosMed-05

-----------------------------------

Info Program Cinta Sedekah Bulan ini :
1. Pendirian Rumah Tahfidz di 5 Kota
2. Membantu Operasional Radio Dakwah di 3 Kota

📦 Salurkan Infaq terbaik anda melalui
| Bank Syariah Mandiri Cab. Cibubur
| No. Rek : 7814500017
| A.N : Cinta Sedekah (infaq)
| Konfirmasi Transfer :
+62878-8145-8000

Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah
🌎 www.cintasedekah.org
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
------------------------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar