Pages

Senin, 14 November 2016

Beriman kepada Hari Akhir (01): Makna dan Dalil Iman kepada Hari Akhir

Selasa pagi, 15 Shafar 1438 H
_

#Beriman_kepada_Hari_Akhir (01)

〰〰〰〰〰〰〰〰〰

MAKNA DAN DALIL BERIMAN KEPADA HARI AKHIR

بسم اللّه الرحمن الرحيم

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

الحمد لله والصلاة و السلام على رسول الله و على آله و صحبه أجمعين
.

Halaqah [pertemuan –ed.] yang pertama dari Silsilah Ilmiyyah yang ke-5, Beriman Kepada Hari Akhir, adalah tentang "Makna dan Dalil Beriman kepada Hari Akhir".

👉 "Hari Akhir", dinamakan demikian karena tidak ada hari setelahnya, tidak ada lagi hari yang kita kenal yang dimulai dari dengan terbitnya matahari dan diakhiri dengan tenggelamnya.

👉 Makna "beriman kepada hari akhir" adalah beriman dengan segala hal yang berkaitan dengan hari akhir tersebut:
✔️ mulai dari kematian,
✔️ fitnah kubur,
✔️ nikmat dan adzab kubur,
✔️ tanda-tanda hari kiamat,
✔️ kebangkitan manusia,
✔️ dikumpulkannya manusia,
✔️ perhitungan dan penimbangan amal,
✔️ dan seterusnya sampai masuknya manusia ke dalam surga atau neraka.

👉 Beriman kepada hari akhir termasuk rukun iman yang tidak sah iman seseorang bila tidak beriman dengannya. Allah berfirman:

ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﻜْﻔُﺮْ ﺑِﺎلله ﻭَﻣَﻠَﺎﺋِﻜَﺘِﻪِ ﻭَﻛُﺘُﺒِﻪِ ﻭَﺭُﺳُﻠِﻪِ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ ﺍﻟْﺂﺧِﺮِ ﻓَﻘَﺪْ ﺿَﻞَّ ﺿَﻠَﺎﻟًﺎ ﺑَﻌِﻴﺪًﺍ
Dan barangsiapa yang kufur kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir, maka sungguh dia telah sesat dengan kesesatan yang jauh.” (QS. An-Nisa` [4]: 136)

👉 Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda ketika ditanya tentang, "Apa itu iman?"

ﺃَﻥْ ﺗُﺆْﻣِﻦَ ﺑِﺎلله ﻭَﻣَﻼَﺋِﻜَﺘِﻪِ ﻭَﻛُﺘُﺒِﻪِ ﻭَﺭُﺳُﻠِﻪِ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ ﺍﻵﺧِﺮِ ﻭَﺗُﺆْﻣِﻦَ ﺑِﺎﻟْﻘَﺪَﺭِ ﺧَﻴْﺮِﻩِ ﻭَﺷَﺮِّﻩِ
Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan juga hari akhir, dan engkau beriman dengan takdir yang baik maupun yang buruk.” (HR. Muslim)

👉 Tidak ada yang mengetahui kapan terjadinya hari Kiamat, kecuali Allah Subhânahu wa Ta’âlâ.

ﻳَﺴْﺄَﻟُﻮﻧَﻚَ ﻋَﻦِ ﺍﻟﺴَّﺎﻋَﺔِ ﺃَﻳَّﺎﻥَ ﻣُﺮْﺳَﺎﻫَﺎ ۖ ﻗُﻞْ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻋِﻠْﻤُﻬَﺎ ﻋِﻨْﺪَ ﺭَﺑِّﻲ ۖ ﻟَﺎ ﻳُﺠَﻠِّﻴﻬَﺎ ﻟِﻮَﻗْﺘِﻬَﺎ ﺇِﻟَّﺎ ﻫُﻮَ ۚ
Mereka bertanya kepadamu tentang hari Kiamat, 'Kapan terjadinya?' Katakanlah, 'Sesungguhnya ilmunya di sisi Rabb-ku, tidak ada yang mengetahui waktunya kecuali Dia.'.” (QS. Al-A’râf [7]: 187)

👉 Malaikat Jibril 'alaihissalâm pernah menjelma menjadi seorang laki-laki, dan datang kepada Rasulullah shallallâhu 'alaihi wasallam dan bertanya tentang kapan hari Kiamat terjadi, maka beliau shallallâhu 'alaihi wasallam menjawab:

ما المسئول عنها بأعلم من السائل
Yang ditanya tidaklah lebih mengetahui daripada yang bertanya.” (HR. Muslim)

👉 Apabila Malaikat Jibril yang paling dekat dengan Allah Subhânahu wa Ta’âlâ, dan Rasulullah shallallâhu 'alaihi wasallam nabi yang paling dekat dengan Allah, [keduanya] tidak mengetahui kapan terjadinya hari Kiamat, maka bagaimana selain keduanya bisa mengetahui?

👉 Yang lebih penting dari itu bagi seseorang hamba yang berakal adalah mempersiapkan bekal yang cukup untuk menghadapi hari tersebut.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah [pertemuan –ed.] yang pertama ini, dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

وبا لله التوفيق والهداية

و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 
.

Al-Madinah An-Nabawiyyah

Saudaramu, Abdullah Roy

___________________________

🌍 Transkrip materi HSI[dot]AbdullahRoy[dot]com (diambil dari: BelumPernahAda[dot]wordpress[dot]com/2015/05/19/hsi-05-kajian-01-beriman-kepada-hari-akhir)
✏️ Senin, 14 Shafar 1438 H / 14 November 2016 M
👤 Ustadz 'Abdullah Roy, M.A. (Pengajar resmi di Masjid Nabawiy, Madinah) 
📘 Silsilah Beriman kepada Hari Akhir   
🔊 Halaqah 1 | Makna dan Dalil Beriman kepada Hari Akhir

Minggu, 06 November 2016

Adab dan Hukum di Media Sosial (06): Bedakan Urusan Pribadi dan Umum, Filter Sebelum Menyebarkan, dan Tidak Boleh Ghibah

 Malam Senin, 7 Shafar 1437 
_

ADAB_DAN_HUKUM_DI_MEDIA_SOSIAL (06) 

---------------------------------- 

 Assalāmu'alaikum warahmatullāhi wabarakātuh.

Bapak-bapak, ibu-ibu, rekan-rekan, ikhwān, dan akhawāt yang saya muliakan, kita akan berbicara tentang adab dan hukum yang berkaitan dengan social media..

(5) Point yang kelima: BEDAKAN URUSAN PRIBADI DENGAN UMUM.

Poin yang berikutnya, kalau kita mau terjun di ranah sosmed atau di dunia nyata, kita harus membedakan antara ranah publik dan ranah privat. Mana yang bisa di-share dan mana yang tidak boleh di-share. Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam bersabda dalam hadits [yang diriwayatkan oleh] Imam At-Tirmidzi no. 1959:

إِذَا حَدَّثَ الرَّجُلُ الْحَدِيثَ ثُمَّ الْتَفَتَ فَهِيَ أَمَانَةٌ
"Apabila ada seseorang yang mengajak bicara dan sebelum berbicara dia menengok ke kanan dan ke kiri dahulu, maka itu rahasia, itu amanah."

Hadits ini dilupakan oleh banyak dari kita pada hari ini. Kalau Anda cerita-cerita, berarti Anda khianat, dan salah satu tanda orang munafik [adalah] :

 وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
"Ketika diberikan amanah, ia berkhianat."

Walaupun dia tidak bilang, "Ustadz, 'kan dia tidak bilang itu rahasia." Dia melirik-melirik itu tanda. Begitu ada orang datang, tiba-tiba dialihkan pembicaraan. Itu sudah merupakan indikator bahwa itu rahasia, pembicaraan 4 mata. Kita jangan terlalu polos. Gitu loh.

Kata para ulama, "Orang yang cerdas itu akan paham hanya dengan membaca indikasi-indikasi yang ada, tidak perlu terang-terangan dikatakan." Itu orang yang cerdas. Ini menunjukan orang mukmin. Sekali lagi, harus bisa membaca indikator, indikasi-indikasi di lapangan, karena orang tidak setiap saat bicara terang-terangan.

Nah, begitu juga kalau antum ada rapat tertutup dengan seseorang, maka antum tidak boleh share di grup, tidak boleh! Hukum asalnya haram. Kalau ada orang bilang, "Bisa saya bicara empat mata dengan Anda?" Berarti, itu tidak boleh di-share, tidak boleh disampaikan, "Tadi siang, saya ketemu dengan Ustadz Anu, dia ngomong begini-begini." Haram hukumnya. Walaupun dia tidak mengatakan, "Ini rahasia loh!" Tidak boleh, hukumnya haram. Dan itu salah satu tanda orang munafik.

Kalau misalnya ada orang bilang, "Saya hanya mau bicara dengan Anda," itu berarti rahasia.

"Ustadz, bisa kita bicara sekarang?"

"Nanti aja ketika orang sudah pada pulang."

Itu artinya rahasia. Kalau terbuka, ngapain tunggu orang pada pulang. Itu indikasi rahasia. Tidak boleh kita buka. Haram hukumnya buka. Kita harus paham.

Nah, kalau di sosmed gimana? Kalau ada orang yang japri kita, dia ada di grup nih, terus tiba-tiba dia japri. Eh, kita foto japriannya, kita masukin ke grup. Itu rahasia. Kan japri, jaringan pribadi. Kenapa dimasukin ke grup? Tidak perlu dikasih tahu lagi. Anda harus paham. Kalau kita masukkan, kita khianat.

Nah, ini sering terjadi atau tidak? Sering. Ada seseorang japri-japrian dengan seorang ustadz atau dengan seorang, kemudian dimasukin ke grupnya, "Tadi Ustadz A bilang seperti ini." Ini tidak boleh. Hukumnya haram di dalam Islam.

Atau, ketika kita, misalnya, bicara secara tertutup, tidak boleh merekam. Oleh sebagian pihak, direkam. Tidak boleh merekam tanpa sepengetahuan si pembicara, karena itu ranah privat! Tidak boleh kita merekam tanpa ijin, [karena itu] bukan ranah publik! Dan ini fatal.

Wallāhu Ta'ālā a'lam bish-shawab.


(6) Point yang keenam: FILTER (SARING)

Kita harus tahu [bahwa] tidak semua yang kita dengar, kita sampaikan atau kita share. [Tapi] kita filter dulu.

Tidak semua yang masuk ke handphone kita, kita bisa posting dengan seenaknya ke grup-grup yang lain, atau ke facebook kita, atau ke twitter kita, dan lain sebagainya.

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
"Cukuplah seseorang dikatakan pendusta kalau dia menceritakan setiap yang dia dengar." (HR. Muslim no. 6 [versi Syarh Muslim no. 5])

Itu berdusta, katanya. Cukuplah kita dikatakan pendusta kalau ada setiap artikel masuk, langsung kita share. Setiap yang kita dengar, kita share. Itu pendusta. Tidak boleh.

Kan itu tadi ada ranah privat. Kita harus tahu fiqihnya. Tidak bisa setiap dengar, share.. Setiap dengar, share.. Setiap dengar, share.. Setiap dengar, sampaikan. Kata Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam,

"Cukuplah orang itu dikatakan pendusta."

Dan dusta itu dosa besar atau dosa kecil? Dosa besar. Oleh karena itu, kita filter dulu.

Terapkan konsep yang tiga:
✔️ Ikhlas tidak niatnya, terus
✔️ benar tidak, cocok tidak cara penyampaiannya,
✔️ lalu yang berikutnya, efeknya seperti apa.

Jangan dikit-dikit share, dikit-dikit share, dikit-dikit share!


(7) Point yang ketujuh: TIDAK BOLEH GHIBAH

Point yang berikutnya, hati-hati dengan ghibah di sosmed.

Bersihkan grup kita dari ghibah, bersihkan facebook kita [dan] twitter kita dari ghibah. Ghibah 'perboden' di sosmed kita. Tidak boleh masuk. Ini harga mati.

Karena sekali lagi, meng-ghibah di sosmed lebih fatal dibanding dengan mengghibah di dunia nyata, karena bisa langsung disebar, bisa langsung difoto. Dan banyak orang yang tahu. Hati-hati dengan ghibah!

"Ustadz, tapi ini fakta loh, Pak Ustadz."

Ya, itu ghibah, Mas. Ghibah itu kalau fakta:

ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ  . قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ قَالَ " إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ "
"Engkau membicarakan saudaramu di belakang dia, yang kalau dia dengar, dia tidak suka."

Ada sahabat mengatakan, "Ya Rāsulullah, bagaimana kalau benar?" Kata Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam, "Itu yang namanya ghibah, dan kalau salah, engkau baru saja memfitnahnya." (HR. Muslim no. 2589)

Dan fitnah lebih parah dari ghibah.

Jangan membicarakan orang di sosmed kita! Jangan! Sekali-kali jangan! Fatal. Ibadah kita bisa hancur. Masih ingat hadits Muslim tentang muflis?

أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ ؟ . قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ . فَقَالَ " إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ " .
"Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut pada hari Kiamat?" Sahabat menjawab, "Ya Rasulullah, orang yang bangkrut (muflis) menurut kami, adalah orang yang tidak punya harta dan tidak punya aset." Kata Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam:

"(Bukan mereka). Orang yang bangkrut di antara umatku yaitu orang-orang yang datang pada hari Kiamat membawa pahala shalat, membawa pahala puasa, membawa pahala infak, zakat, shadaqah, dan ibadah-ibadah yang lain, tapi dia berdosa [karena] mencela orang, meng-ghibah-i orang, menyakiti orang, makan uang orang, maka pahalanya diambil, oleh korban-korbannya, pada hari Kiamat.

Lalu ketika dia tidak punya apapun lagi (pahala shalatnya sudah habis, pahala puasanya sudah habis, pahala dzikirnya sudah habis, dan korbannya masih ngantri, masih nuntut dia), maka dosa-dosa korbannya itu ditransfer ke dia, dan masuklah ia ke dalam pintu neraka.
"

Ghibah di sosmed ini sangat masif dan yang dengar sangat banyak. Pastikan tidak ada ghibah! Dan ghibah akan membuat kita terkena firman Allāh Subhanahu wa Ta'ala dalam surah Al-Hujurat, ayat 12:

أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ
"Apakah seorang di antara kamu ada yang suka memakan bangkai saudaranya yang sudah mati?, Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya."

Makanya, hati-hati! Jangan sampai kita meng-ghibah.

Bapak-bapak, ibu-ibu sekalian, ini tantangan bapak-bapak, masalah politik nih. Kalau sudah politik, habis semuanya.

Kalau dia masih muslim dan dia belum tentu bersalah, misalnya, masih tersangka. Dalam konsep Islam apa? Asas praduga tak bersalah, tapi sudah dihabisi di sosmed-sosmed kita.

Hati-hati, hadirin. Ini ngeri. Sosmed kita harus steril dari hal-hal seperti ini.
____________________________

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 30 Al-Muharam 1438 H / 31 Oktober 2016 M
👤 Ustadz Nuzul Dzikri, Lc.
📔 Materi Tematik | Adab dan Hukum di c Media (Bagian 06)
⬇️ Download Audio: bit.ly/BiAS-NZ-SosMed-06

-----------------------------------

🔰 PROGRAM DAKWAH ISLAM
💐 CINTA SEDEKAH

DONASI RUTIN

1.Program Pembangunan & Pengembangan 100 Rumah Tahfizh se-Indonesia
2. Pengembangan Radio Dakwah, dan
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah se-Indonesia, 

Pilihan donasi sebesar  :
a. Rp.25.000,- /bulan
b. Rp 50.000,- /bulan
c. Rp 100.000,-/bulan
d. Nominal lain/bulan

Silakan mendaftar di : http://cintasedekah.org/ayo-donasi/

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

📦 Salurkan Infaq Terbaik Anda Melalui
| Bank Syariah Mandiri Cab. Cibubur
| No. Rek : 7814500017
| A.N : Cinta Sedekah (infaq)

📲 Konfirmasi Transfer :
0812-5000-170

📱 Dengan Format :
Nama#Program#Domisili#JumlahTransfer#Tanggal

Cantumkan 3 Angka Terakhir No HP Anda di akhir donasi & diikhlaskan sebagai infaq.

📱 Contoh :
Ahmad#ProgramDakwahIslam#Jogja#20.345#211016

Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah
🌎 www.cintasedekah.org
👥 https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
🗣 https://twitter.com/cintasedekahyys
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q

------------------------------------------

Adab dan Hukum di Media Sosial (05): Memberikan Efek Positif, bukan Negatif

 Malam Senin, 7 Shafar 1438 H
_



#ADAB_DAN_HUKUM_DI_MEDIA_SOSIAL  (05) 

-----------------------------------


Assalāmu'alaikum warahmatullāhi wabarakātuh.
.

Bapak-bapak, ibu-ibu, rekan-rekan, ikhwān, dan akhawāt yang saya muliakan, kita akan berbicara tentang adab dan hukum yang berkaitan dengan social media. Kita masih membahas kaidah yang kedua dari point yang ke-4.

👉 Telah dijelaskan tentang kaidah yang kedua, yaitu, "Kita jangan memposting, jangan berkomentar, kecuali benar dari segi konten, atau materi (substansi).." dan yang kedua, "..Benar dari sisi penyampaiannya."

👉 Kita sudah jelaskan dari sisi materi dan kita tekankan metode kroscek, kroscek, dan kroscek, karena bisa jadi materi keliru itu datang dari orang-orang yang shalih.

👉 Lalu, pastikan cara penyampaian kita benar. Bagaimana cara penyampaiannya?

Allah sebutkan dalam surah Al-Isrā`, ayat 53. Allah Subhānahu wa Ta'ālā berfirman kepada Nabi kita shallallāhu 'alaihi wasallam:

وَقُل لِّعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنسَانِ عَدُوًّا مُّبِينًا
"Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia."

Penjelasan:
📌 "Dan katakan (sampaikan) kepada hamba-hamba-Ku," jika mereka mau berbicara (kalau dia mau posting, kalau dia mau comment, kalau dia mau menyampaikan sebuah artikel), dia harus gunakan bahasa yang terbaik.

Kata "ahsan" dalam ayat ini, kalau pakai istilah bahasa Inggris, yaitu superlatif, bukan comparatif. Jadi, bukan yang "lebih baik", tapi "yang terbaik".

Jadi, "..Bilang ke hamba-hamba-Ku (yang  merasa hamba Allah saja, kata Allah), kalau mereka mau berbicara, gunakanlah bahasa yang terbaik," kenapa? Karena setan akan mengadu domba mereka, "..Dan sesungguhnya setan adalah musuh kalian yang nyata." Maka, gunakanlah bahasa yang terbaik.

"Tapi, Pak Ustadz, saya ini begini ini.." Ya sudah, diam. Tidak usah bicara. Anda harus diam. Kalau mau bicara, gunakan bahasa yang terbaik. Apalagi di sosmed, karena ketika kita masuk ke grup, atau di Facebook atau di Twitter, atau kita mention sesuatu, kita tidak memberikan ekspresi, lalu tidak ada intonasi. Jadi, secara umum, tidak ada ekspresi, tidak ada intonasi, sehingga rentan salah pahamnya kuat.

Dan Allah katakan, setan akan adu domba. Jadi, ini kata kunci:

 إِنَّالشَّيْطَانَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ.
.

Ingat, setan ada di mana-mana. Begitu antum keluarkan kata tersebut, maka misi dia adalah membuat orang miss (salah paham) dengan bahasa antum. Makanya, gunakan bahasa yang terbaik.

Antum balas sambil senyum, tapi dia pikir antum cemberut. Itu sering terjadi. Banyak sekali miss (salah paham) di grup. Makanya, kalau hal-hal sensitif, jangan gunakan sosmed, [tapi] telepon langsung. Sedikit-sedikit sosmed, sedikit-sedikit sosmed, semua sosmed. Bicara masalah-masalah sensitif itu di telepon.

Kalau mau pakai sosmed, pastikan ada pembukaan dan ditutup pintu-pintu miskomunikasi. Diawali dengan doa misalnya, biar dia tahu bahwa kita ini pengen yang terbaik untuk dia. Tapi kalau tidak, bicara via telepon lebih nyaman, lebih jelas, karena di situ ada intonasi, disitu lebih bebas.

Jadi, kalau kita mau sosmed, gunakan bahasa yang terbaik. Jangan membuat bahasa yang ambigu, yang membuat orang salah tafsir, yang membuat orang miss, membuat orang tersinggung, padahal kita tidak ada maksud ke sana.

👉 Gunakan bahasa yang terbaik.

👉 Jangan lupa salam. Salam itu penting. Itu salah satu metode yang terbaik. Salam dulu sebelum antum masuk:

 السلامعليكم ورحمة الله.
"Semoga keselamatan meliputi dirimu."

Kata Nabi
shallallāhu 'alaihi wasallam:

السلام قبل الكلم
"Salam dulu sebelum bicara."

Itu menunjukkan kita ingin kebaikan untuk dia. Orang akan paham, "Oh ya, ini orang baik. Kalau tiba-tiba langsung dikritik, langsung diserang, dan seterusnya, ini akan menimbulkan masalah. Wallāhu Ta'ālā a'lam bish-shawab.

Jadi, gunakan bahasa yang terbaik. Kalau tidak bisa, maka belajar. Kita harus belajar seni komunikasi Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam, dan bisa kok. Kenapa tidak bisa? Belajar dengan orang-orang yang bahasanya bagus, bahasanya santun, bahasanya lembut.

👉 Gunakan bahasa-bahasa lembut di sosmed. Apalagi kalau kita misinya untuk berdakwah kepada member-member grup tersebut. Jangan kasar! Pakai bahasa yang lembut.

Allah berfirman:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ
"Karena rahmat Allah lah engkau lembut dengan mereka. Kalau saja engkau kasar, hatimu keras, mereka akan bubar dari hadapkanmu." (QS. Āli 'Imrān: 159)

Saya ingin tanya:
👉 Siapa yang dimaksud dengan "engkau" dalam ayat ini? Rasul.
👉 Dan "mereka" dalam ayat ini siapa? Sahabat.

Jadi, Allah mengatakan:

"Karena rahmat Allah lah, engkau, wahai Muhammad, lembut dengan para sahabatmu. Kalau engkau kasar dan hatimu keras, mereka akan bubar."

👉 Allāhu Akbar. Abu Bakar tidak bisa dikerasi, Umar tidak bisa dikerasi, Utsman tidak bisa dikerasin, 'Ali tidak bisa dikerasi, 'Abdurrahman bin 'Auf tidak bisa dikerasi. Itu manusia-manusia terbaik, terbening, terbersih hati mereka. Kalau metode Nabi kasar, langsung serang sana, langsung vonis sini, mereka tidak bisa, mereka tidak betah, mereka akan menghindar.

👉 Anggota grup antum itu bukan Abu Bakar, bukan 'Umar, bukan 'Utsman, bukan 'Ali, dan Anda bukan Muhammad bin 'Abdullah shallallāhu 'alaihi wasallam.

👉 Kalau seandainya Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam menggunakan bahasa kasar, bahasa keras, [maka] mereka akan bubar. [Lalu] bagaimana dengan kita?

"Tapi, saya orangnya begini ini, Pak ustadz." Ya sudah, tidak usah jadi admin, 'kan tidak ada kewajiban menjadi admin. Kalau tidak mampu, tidak usah jadi admin.

👉 Kaidah fiqih mengatakan, tidak ada kewajiban kalau Anda tidak mampu. Kalau Anda mau terjun di dunia ini, Anda harus tahu SOP dan kriteria-kriterianya, dan belajar dulu!

👉 Jangan sampai dakwah tercemar gara-gara kita. Gara-gara kita keras atau kasar di sosmed, akhirnya dakwah yang rusak. Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam bersabda dalam hadits [yang diriwayatkan oleh] Al-Bukhari:

إِنَّ مِنْكُمْ مُنَفِّرِينَ
"Di antara kalian ada orang-orang yang kerjaannya membuat orang lari dari sunnah."

Lari dari Islam, lari dari akidah yang benar, gara-gara sikap dan tutur kata kita.

👉 Itu syarat yang ke-2: Benar dari segi konten dan cara penyampaian.

-3- Kaidah yang ketiga, efeknya positif.

Kalau kita mau bicara (dan kaidah ini terapkan di setiap bidang), syarat yang ke-3: Ada efeknya positifnya, atau bisa menekan ke-mudharat-an yang ada pada saat itu.

Jadi, kita harus memperhatikan:
√ Kalau saya masuk ke diskusi yang ada di grup, efeknya bagaimana nih, positif atau negatif? 
√ Kalau saya kasih tanggapan, kira-kira bisa meredakan atau membuat bola menjadi liar?

👉 Kalau saat kita bicara justru akan memperburuk suasana, walaupun isinya benar, maka Imam An-Nawawi mengatakan, "Tidak boleh bicara, tidak ada manfaatnya."

Ini penjelasan Syaikh Sulaiman Ar-Ruhaili.

👉 Kita harus berpikir: Ketika kita masukkan postingan di grup keluarga, misalnya, lihat efeknya bagaimana. Efeknya seperti apa?

Kalau memperparah, akhirnya pecah, jangan kirim pada saat itu. Bukan, "Jangan berdakwah," tapi, "Jangan kirim pada saat itu!" Carilah waktu lain, atau cari media lain.

Yang penting, jangan asal bicara, terus kita cuci tangan! Kalau kita ingin bicara, pastikan efek dari pembicaraan kita positif, atau bisa menekan ke-mudharat-an yang sudah ada.

👉 Kalau justru memperparah atau menimbulkan masalah baru yang tidak kalah parahnya dengan masalah sebelumnya, jangan bicara, jangan masuk, jangan bergabung, jangan comment, jangan posting!

Kaidah fiqih mengatakan:

درء المفاسد مقدم على جلب المصالح
"Menghindar dari keburukan yang besar atau yang selevel itu lebih didahulukan daripada mengambil manfaat."

👉 Ini penting. Orang yang cerdas, dia harus tahu dan dia harus perhitungkan apa yang terjadi kalau saya kasih komentar.

Makanya, Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam tetap bersikap baik dengan orang munafik, tidak menunjukkan permusuhan. Kenapa demikian?

Ditanyakan oleh para sahabat, "Ya Rasulullah, kenapa kita tidak perangi saja orang-orang munafik? Kenapa Anda tetap melibatkan Abdullah bin Ubay Bin Salul?" Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam mengatakan, "Aku khawatir akan terbentuk opini di tengah-tengah manusia bahwa Muhammad hobinya memerangi dan membunuhi sahabat-sahabatnya sendiri."

Orang munafik itu penampilannya mukmin, dan mayoritas manusia tidak mengerti kekufuran yang ada di hati-hati mereka. Kalau Nabi perangi, menggunakan bahasa yang tegas-tegasan dengan mereka, maka manusia [yang] tidak mengerti akan berpikir, "Muhammad itu suka memerangi sahabatnya. Kalau begitu, jangan masuk Islam, karena kita masuk islam pun, kita bisa diperangi sama nabinya sendiri."

Maka, Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam menggunakan bahasa yang lembut dan tidak menggunakan komunikasi yang tegas-tegasan dengan orang-orang munafik. Ini fiqih beliau, mempertimbangkan efek dari sikap dan gaya komunikasi yang akan beliau sampaikan.

Dan ini yang harus kita pikirkan. Jangan asal bicara! Kita harus bermain cantik dalam masalah ini.

Wallāhu Ta'ālā a'lam bish-shawab.

____________________________

🌍 BimbinganIslam.com
Jum'at, 27 Al-Muharram 1438 H / 28 Oktober 2016 M
👤 Ustadz Nuzul Dzikri, Lc
📔 Materi Tematik | Adab dan Hukum di Social Media (Bagian 05)
⬇️ Download Audio: bit.ly/BiAS-NZ-SosMed-05

-----------------------------------

Info Program Cinta Sedekah Bulan ini :
1. Pendirian Rumah Tahfidz di 5 Kota
2. Membantu Operasional Radio Dakwah di 3 Kota

📦 Salurkan Infaq terbaik anda melalui
| Bank Syariah Mandiri Cab. Cibubur
| No. Rek : 7814500017
| A.N : Cinta Sedekah (infaq)
| Konfirmasi Transfer :
+62878-8145-8000

Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah
🌎 www.cintasedekah.org
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
------------------------------------------

Adab dan Hukum di Media Sosial (04): Tiga Kaidah Sebelum Menulis atau Menyebarkan Tulisan (01)

Ahad sore, 6 Shafar 1438 H
_

#ADAB_DAN_HUKUM_DI_SOCIAL_MEDIA (04)
_

Assalāmu'alaikum warahmatullāhi wabarakātuh.

Bapak-bapak, ibu-ibu, rekan-rekan, ikhwān, dan akhawāt yang saya muliakan, kita akan berbicara tentang adab dan hukum yang berkaitan dengan social media, yang ke-4.

(4) Point yang keempat: TIGA KAIDAH.

Antum harus tahu kaidah comment dan berbicara yang dijelaskan oleh ulama fiqih.

👉 Para ulama fiqih mengatakan bahwa Anda tidak boleh berbicara, baik secara langsung atau melalui media, di dunia nyata atau dunia maya, kecuali dengan 3 syarat. Dan 3 syarat ini harus kita pikirkan sebelum kita luncurkan, sebelum kita ucapkan, yaitu:

-1- Kaidah yang pertama: Niat harus karena Allah.

Misalkan:
✔️ Dalam rangka berdakwah
✔️ dalam rangka silaturahim
✔️ dalam rangka ukhuwah Islamiyah
✔️ dalam rangka membantu

Misalkan, kita buat penggalangan dana di beberapa grup untuk membantu kegiatan sosial, orang-orang yang terkena bencana, atau kegiatan dakwah yang lain. Camkan baik-baik niat tersebut.

Setelah niat sudah dipastikan...

-2- Kaidah yang kedua: Yang kita sampaikan adalah benar.

Benar dari segi konten (isi) dan benar dari sisi cara penyampaian. Makanya, budaya copy-paste.. copy-paste.. copy-paste tanpa di baca [dan] tanpa di-protect, ini fatal.

Allah Subhānahu wa Ta'ālā berfirman dalam surah Al-Hujurāt, ayat 6:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا 
"Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kefasikan (atau sesuatu yang fasik) membawa berita, maka periksalah (tabayyun) dahulu."

Jangan ditelan mentah-mentah, apalagi di-paste, apalagi diposting di grup-grup kita! Tabayyun, kroscek!

Kenapa demikian?

أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
"Karena kalian bisa memiliki opini yang keliru kepada pihak lain karena kebodohan kalian, dan kalian akan menyesal pada hari Kiamat nanti."

Setiap kita dapat berita (info) kroscek terlebih dahulu. Jangan telan mentah-mentah, apa saja! Pastikan ini valid, kecuali kita dapat dari sumbernya yang memang mengeluarkan secara resmi, tapi kalau perlu dikroscek dan dikroscek.

Info kajianlah atau artikel yang mencantumkan nama seorang ustadz. Ini benar atau tidak, pastikan dulu. Tolong yang kasih ini, pastikan ini ucapan ustadz tersebut.

Karena, saya ingin tanya, misalnya di dunia BBM atau WhatsApp, kalau misalnya saya dapat artikel seorang ustadz, bisa tidak saya ganti-ganti dengan mudah?

Bisa, terus saya kirim lagi atas nama dia. Ini penting dan itu kan bisa menghancurkan nama baik orang.

Misalkan, di artikel itu ada 3 ayat. Saya ubah-ubah tuh ayat, lalu nanti saya kirim lagi. Lalu, ada yang cerdas dia cek, kok ayatnya salah semua, ini ustadznya tidak benar nih. Bisa begitu sekarang.

Maka, kroscek itu penting. Ada berita tentang seorang saudara yang sakit, atau penggalangan dana yang berkaitan dengan sebuah acara, sebuah baksos, kroscek! Jangan telan mentah-mentah, langsung kirim ke rekening fulan! Itu benar atau tidak.

Lalu, kita dapat berita ada yang sakit, ada seorang tokoh, atau guru kita diopname. Kroscek, ini benar atau tidak.

Apalagi, namanya berita, berita itu kalau sudah ada di masyarakat itu berbanding terbalik dengan duit. Kalau duit sudah di tangan orang-orang, bertambah atau berkurang? Berkurang. Kalau berita? Nambah. Itu sudah kaidah.

Artinya, itulah manusia. Bukan merendahkan siapapun. Jadi, jangan telan mentah-mentah! Kroscek! Allah mengatakan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا 
"Kalau ada sesatu yang fasik memberikan berita, kroscek."

👉 Catat baik-baik, apa arti fasik dalam ayat ini?

✔️ Yang pertama, sumber beritanya fasik.

Informannya fasik. Jadi, teman kita yang menginfokan itu orang fasik, misalnya. Orang fasik adalah pelaku dosa-dosa besar.

Jadi, kalau kita punya teman atau kita punya saudara, kita tahu dia pelaku dosa-dosa besar, lalu dia ngasih berita, maka beritanya tidak boleh ditelan mentah-mentah, tapi harus dikroscek. Itu makna yang pertama.

✔️ Yang kedua, beritanya fasik.

Makna yang kedua, kata Syaikh Sulaiman Ar-Ruhaili, beritanya fasik.

Jadi, kalau makna yang pertama tadi siapanya yang fasik? Orangnya, pembawa beritanya fasik. Tapi makna yang kedua, beritanya fasik.

Dan berita fasik bisa jadi disampaikan oleh orang shalih, orang yang taat kepada Allah, orang yang beriman, orang baik.

"Ustadz, saya masih belum paham. Kok orang shalih bisa bawa berita fasik?"

Saya mau tanya sama antum, orang shalih bisa lupa tidak?

Pelakunya Ahmad. Tapi dia lupa dan katanya pelaku Muhammad, benar atau salah?

Salah. Dia sengaja ingin berbohong? Tidak, dia lupa, "Ini Ahmad atau Muhammad? Oh, Muhammad aja deh, Muhammad pelakunya." Ternyata, Si Ahmad, lupa.

OK, dia shalih, tapi dia bukan sumber informasi yang pertama, dia dengar dari pihak lain. Saya ingin tanya, apakah semua orang shalih selektif dalam menerima berita?

Tidak, dia bagus, tapi sumber sebelumnya yang bermasalah. Kroscek, kroscek, dan kroscek. Dan ini sering terjadi.

"Ustadz, ayatnya itu 'kan tentang orang fasik, yang ngirim itu teman-teman pengajian?"

Baca lagi tafsirnya. Baca penjelasan para ulama. Fasik di sini bisa dari orang yang membawakan berita tersebut dan bisa dari beritanya. Makanya, tidak ada alasan untuk tidak kroscek. 

Ada apapun kroscek, ini hal yang penting. Kalau kita tidak bisa kroscek, jangan telan mentah-mentah, jangan dipercaya, tapi tidak kita dustakan, kita pending aja dulu.

Dan Allah mengatakan kalau kita tidak kroscek:

أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
"Kalian akan salah paham gara-gara kebodohan kalian dan kalian akan menyesal nanti (karena salah tuduh, salah membuat opini, salah membuat kesimpulan). Kalian akan menyesal pada hari Kiamat (karena anda akan ditanya oleh Allah)."

Maka, camkan baik-baik. Ulama membuat sebuah kaidah:

"Hanya orang-orang yang bodoh dan menyesal pada hari Kiamat yang tidak kroscek."

Itu kaedah para ulama.

Jadi, orang yang begitu dapat berita, langsung diposting, langsung diberikan, itu tanda-tanda kebodohan dan dia akan menyesal pada hari Kiamat kelak, karena Allah mengatakan " بِجَهَالَةٍ (bodoh)" dan " نَادِمِينَ  (menyesal)".

Dua sifat yang tidak bisa dipisahkan bagi orang-orang yang tidak kroscek terlebih dulu ketika menerima berita.

Apalagi di dunia yang begitu rentan, seperti sosmed ini. Karena kalau antum salah, klarifikasinya susahnya minta ampun, sudah terlanjur disebar. Isu yang antum gulirkan tadi yang salah dibaca, klarifikasi dari antum pasti dibaca lagi apa tidak? Belum tentu.

Oleh karena itu, yang kita sampaikan, yang kita berikan, atau kalau kita mau copy-paste, itu adalah harus berita yang valid.
____________________________

🌍 BimbinganIslam.com
Kamis, 26 Al-Muharram 1438 H / 27 Oktober 2016 M
👤 Ustadz Nuzul Dzikri, Lc.
📔 Materi Tematik | Adab dan Hukum di Social Media (Bagian 04)
⬇ Download Audio: bit.ly/BiAS-NZ-SosMed-04
-----------------------------------

Info Program Cinta Sedekah Bulan ini :
1. Pendirian Rumah Tahfidz di 5 Kota
2. Membantu Operasional Radio Dakwah di 3 Kota

📦 Salurkan Infaq terbaik anda melalui
| Bank Syariah Mandiri Cab. Cibubur
| No. Rek : 7814500017
| A.N : Cinta Sedekah (infaq)
| Konfirmasi Transfer :
+62878-8145-8000

Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah
🌎www.cintasedekah.org
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q

------------------------------------------

Adab dan Hukum di Media (03): Ingat Hisab (Perhitungan Catatan Amal) di Akhirat dan Niatkan karena Allah

Ahad siang, 6 Shafar 1438 H
_

#ADAB_DAN_HUKUM_DI_SOCIAL_MEDIA (03)
_

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
.

Bapak-bapak, ibu-ibu, rekan-rekan, ikhwān, dan akhawāt yang saya muliakan..

Point kedua adalah: HISAB.

Sebelum kita:
√ memberikan comment,
√ memposting sebuah gambar atau meng-upload sebuah video,
√ men-share sebuah artikel atau men-copy dan paste,

maka perlu dicamkan bahwa:
√ setiap yang kita tulis,
√ gambar yang kita posting,
√ video yang kita upload,

akan dihisab oleh Allah Subhānahu wa Ta'ālā semuanya, tanpa terkecuali.

Huruf-hurufnya akan dihisab oleh Allah Subhānahu wa Ta'ālā.

مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
"Dan apapun yang keluar dari lisanmu, akan dicatat oleh malaikat Raqib dan Atid." (QS. Qāf: 18)

⇛ Apapun yang Anda katakan dan dikiaskan apapun yang Anda tuliskan di sosmed tersebut, semuanya akan dicatat, dan akan dihisab oleh Allah.

✔️ Allah akan tanya semua artikel yang kita tulis, artikel yang kita copy-paste, yang kita share, yang kita berikan pada pihak lain.
✔️ Kalau kita comment, comment kita akan dihisab oleh Allah.
✔️ Kalau kita membahas sebuah masalah di grup kita: masalah dakwah, masalah politik, masalah ekonomi pada saat ini, semuanya akan dihisab oleh Allah Subhānahu wa Ta'ālā.

Dan semuanya akan tercatat rapi dibuku para malāikat. Bukankah Allah berfirman dalam surah Al-Infithār, ayat 12:

يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ
"Para malaikat-malaikat itu tahu apa yang engkau ucapkan."

√ Tahu apa yang Anda posting.
√ Tahu apa yang Anda upload.
√ Tahu apa yang Anda sampaikan kepada pihak lain.

Walaupun, mungkin, tidak pakai nama kita, tapi malaikat tahu kita pakai nama samaran. Lalu kita serang orang, kita jelek-jelekan, kita buat rusuh, [maka] para malaikah tahu. Maka camkan baik-baik, pikirkan matang-matang!

Makanya, Imam An-Nawawi mengatakan, "Jangan comment  kecuali kita tahu ini bermanfaat bagi kita."

Kalau kita ragu, diam! Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam mengatakan:

مَنْ صَمَتَ نَجَا
"Barang siapa yang diam, dia akan selamat." (HR. At-Tirmidzi no. 2425 [versi Maktabah Al-Ma'arif no. 2501])

Apalagi ini zaman fitnah. Semakin banyak comment, semakin banyak hisab kita pada hari Kiamat. Semakin banyak kita aktif, apalagi tidak ada manfaatnya sama sekali, akan semakin banyak pertanyaan-pertanyaan Allah kepada kita.

Maka, camkan baik-baik, semua akan dihisab! Semuanya, tanpa terkecuali.

⇛ Simbol-simbol yang kita berikan akan dihisab.

√ Kalau ada orang yang sakit hati gara-gara ucapan kita di sosmed, kita akan dihisab oleh Allah.
√ Kalau ada kesalahan yang kita berikan, kita akan dihisab oleh Allah.
√ Ada data yang tidak valid, kita akan dihisab oleh Allah.

Tidak ada yang gratis di sosmed, sampai hisabnya diperhitungkan. Walaupun antum dapat wifi gratis, tapi semua ucapan antum tidak ada gratisnya. Semua dihitung oleh Allah Subhānahu wa Ta'ālā.

Maka, hati-hati dalan masalah ini. Semua member-nya, admin-nya, menjadi pemegang kuncinya.

Ada yang punya Facebook, semakin banyak follower, tanggung jawab kita semakin besar dihadapkan Allah. Semua dihisab.

Ada orang punya follower di Twitter, misalnya, 500 ribu  orang atau 2 juta orang. Begitu dia menyampaikan yang salah dan itu diimani (diyakini) atau diterima oleh 2 juta, semuanya akan menyalahkan dia pada hari Kiamat kelak.

Semua akan dihisab oleh Allah!

Point ke tiga: NIAT

👉 Ketika kita masuk ke dunia ini, niatkan karena Allah. Niatkan untuk menjalin silaturahim.

Jadi, ketika kita buat grup keluarga, niatnya silaturahim, itu dapat pahala.

Kaidah fiqih mengatakan:

الوسائل لها أحكام المقاصد
"Sarana dihukumi sama dengan tujuan."

Jadi, ketika kita buat grup keluarga atau kita berteman di Facebook dengan keluarga besar, niatnya silaturahim, akan dapat pahala silaturahim.

Ketika kita membuat grup yang tujuannya untuk menjaga ukhuwah Islāmiyah, karena Allah berfirman:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
"Sesungguhnya umat Islam itu saling bersaudara." (QS Al Hujurāt :10)

Maka, kita dapat pahala ukhuwah Islamiyah.

Niat itu penting:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ,
"Sesungguhnya amal ibadah itu tergantung niatnya."

👉 Jadi, hadirkan niat untuk dakwah:
√ Saya tidak bisa ceramah, Ustadz.
√ Saya tidak punya ilmu.
√ Saya tidak bisa membuat artikel.

Tapi, saya bisa men-share tulisan-tulisan ustadz-ustadz yang mengajarkan sunnah Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam kepada beberapa grup yang saya buat. Itu niatnya!

👉 Tapi, kalau niatnya hanya seru-seruan, kumpul-kumpul saja, lalu nanti kopdar, dan kopdar pun tidak ada unsur ibadah, unsur taqarrub, tidak ada suasana amal shalih, ingatlah kita akan dihisab oleh Allah.

Dan sekali lagi, ini fatal. Karena kalau di dunia nyata saya berbicara dengan satu orang, tapi kalau sudah pakai medsos, dia akan copy-paste ucapan saya, dia akan sebar lagi ke sepuluh orang, dua puluh orang, lima belas orang, tiga puluh orang, seratus orang.

Iya kalau benar, kalau salah?

Sekarang, main copy-paste.. copy-paste.. copy-paste.. hati-hati, ngeri!

Pembicaraan kita difoto, lalu dikirim lagi ke beberapa grup. Inikah Si Fulān yang bilang begini? Akhirnya, banyak yang marah, lalu dosa kita banyak sekali.

👉 Apabila kita sedang ngomong begini, kemudian saya salah ngomong, lalu lima menit kemudian saya minta maaf. Saya mengatakan, "Mohon maaf itu yang saya omongkan tadi tolong dihapus ya," selesai!

👉 Tapi kalau saya masukkan sebuah foto di sebuah grup atau di Facebook satu menit, kemudian foto itu bisa ada di Dubai, di New York, di Sydney, di Surabaya, di Irian Jaya. Itu tidak terkontrol, tidak bisa antum keluarkan (menarik foto itu lagi).

👉 Apalagi sekarang, wanita-wanita yang terbuka auratnya. Ketika dia selfie, lalu dia upload fotonya di Facebook-nya, kemudian tahun depan dia taubat, fotonya masih ada atau tidak? Bisa beredar terus fotonya.

👉 Maka, pikirkanlah 1000 kali untuk menaruh sesuatu di media sosial (medsos). Ini tidaklah mudah.

Bisa jadi shalat kita, puasa kita, dzikir kita hancur gara-gara medsos yang kita gandrungi selama ini.

👉 Maka niatlah yang benar!

√ Setiap ada apa-apa, niat saya ikhlas atau tidak?
√ Setiap kasih comment, niat saya ikhlas apa tidak?
√ Setiap cop-paste, niat saya ikhlas atau tidak?
√ Setiap buat grup, niat saya ikhlas atau tidak?
√ Setiap mencantumkan artikel atau kata-kata mutiara, niat kita ikhlas atau tidak?
√ Ketika (misalnya) kita membuat status, niat kita ikhlas atau tidak?

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
"Sesungguhnya amal ibadah itu tergantung niatnya."

⇛ Kalau niat kita ikhlas, ini lumbung pahala yang begitu luar biasa.

⇛ Tapi kalau keliru, habislah kita.
___________

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 25 Al-Muharram 1438 H / 26 Oktober 2016 M
👤 Ustadz Nuzul Dzikri, Lc.
📔 Materi Tematik | Adab dan Hukum di Social Media (Bagian 03)
⬇ Download Audio: bit.ly/BiAS-NZ-SosMed-03
-----------------------------------

Info Program Cinta Sedekah Bulan ini :
1. Pendirian Rumah Tahfidz di 5 Kota
2. Membantu Operasional Radio Dakwah di 3 Kota

📦 Salurkan Infaq terbaik anda melalui
| Bank Syariah Mandiri Cab. Cibubur
| No. Rek : 7814500017
| A.N : Cinta Sedekah (infaq)
| Konfirmasi Transfer :
+62878-8145-8000

Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah
🌎 www.cintasedekah.org
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q

------------------------------------------

Sabtu, 05 November 2016

Adab dab Hukum di Media Sosial (02): Bagi Waktu secara Proporsional

Ahad siang, 6 Shafar 1438 H
_

#ADAB_DAN_HUKUM_DI_SOCIAL_MEDIA (02)

-----------------------------------

Assalāmu'alaikum warahmatullāhi wabarakātuh.

Bapak-bapak, ibu-ibu, rekan-rekan, ikhwān, dan akhawāt yang saya muliakan, kita akan berbicara tentang adab dan hukum yang berkaitan dengan social media.

Salah satu ulama besar pada hari ini, Syaikh Shalih Ālu asy-Syaikh, ketika beliau menjelaskan tentang tanda-tanda hari Kiamat, beliau menjelaskan bahwa tidak semua tanda-tanda hari Kiamat itu negatif.

👉 OK, Dajjal negatif, Ya'juj dan Ma'juj negatif, durhaka kepada orang tua negatif, banyaknya kasus pembunuhan negatif.

👉 Tapi, tidak semuanya negatif, dan salah satunya adalah netral, yaitu fenomena yang sedang kita alami pada hari ini.

Sebagaimana definisinya adalah media. Sebagaimana pisau adalah media atau alat untuk memotong, maka sosmed adalah media yang bisa membawa kita ke surga atau membawa kita ke neraka. Yang bisa kita gunakan untuk mendapat nikmat kubur atau kita gunakan untuk mendapatkan adzab kubur.

👉 Sosmed adalah pedang bermata dua. Oleh karena itu, seorang muslim yang hidupnya saat ini tidak bisa dipisahkan dengan media sosial, dia harus tahu adab dan hukum yang berkaitan dengan media yang satu ini.

Kita akan bahas dengan penuh keterbatasan, namun semoga yang sedikit ini diberkahi Allah Subhānahu wa Ta'ālā.

👉 Sebelum kita menggunakan sosmed, sebelum kita gunakan media-media tersebut, sebelum kita berinteraksi, sebelum kita memainkan gadget kita:

(1) Point yang pertama: BAGI WAKTU DENGAN PROPORSIONAL

Hendaknya kita pahami bahwa Islam menuntut kita membagi waktu dengan proporsional.

👉 Menggunakan gadget atau menggunakan sosmed itu boleh, selama postif. Tapi, kita harus tahu waktunya, karena kita dituntut untuk membagi waktu secara proporsional. Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam menyatakan:

إِنَّ لِرَبِّكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، فَأَعْطِ كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ.
"Sesungguhnya Rabb-mu memiliki hak (yang harus engkau tunaikan), dirimu itu memiliki hak, dan keluargamu (istri, anak-anak, atau yang ibu-ibu, suaminya, anaknya) itu memiliki hak, maka berikanlah setiap orang dan semua pihak haknya masing-masing." (HR. Al-Bukhari no. 1832 [versi Fat-hul Bāriy no. 1968])

👉 Ini [merupakan] salah satu penyakit sosmed yang paling parah, yaitu waktu kita habis.

Suami pulang, istri masih asyik saja dengan facebook-nya atau game-nya. Nabi mengatakan bahwa Rabb kita punya hak.

Silakan berteman di jejaring sosial, tapi ingat [bahwa] Allah punya hak, istri punya hak, suami punya hak, anak-anak punya hak. Semua punya hak yang harus kita tunaikan.

Tahu tidak, hadits [yang diriwayatkan oleh] Al-Bukhari ini, Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam sampaikan kepada siapa? Pertama kali Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam sampaikan hadits itu kepada siapa sih? Kepada Abu Ad-Darda'.

Māsyā Allāh. Ada apa dengan Abu Ad-Darda'? Apa beliau punya facebook?

Beliau over dalam beribadah. Istrinya tidak pernah disentuh. Siang puasa, malam qiyamul lail dari ba'da Isya' sampai menjelang Shubuh.

Akhirnya, dinasihati oleh Salman. Abu Ad-Darda' tidak terima, lapor kepada Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam. Lalu Nabi mengatakan:

صَدَقَ سَلْمَانُ
"Yang benar itu Salman."

Lalu Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam mengatakan hadits di atas:

"Sesungguhnya Rabb-mu punya hak (wahai Abu Ad-Darda')."

==> Terlalu bersemangat beribadah itu bagus, tapi jangan lupa, tubuhmu itu juga punya hak. Harus tidur. Tidak bisa qiyamul lail dari ba'da Isya' sampai Shubuh setiap hari. Itu tidak bisa. Harus tidur.

"Dan istrimu, anak-anak mu punya hak."

==> Punya hak disapa, dibelai, diajak bicara, bercanda, main sama anak, itu punya hak. Jangan hanya shalat terus. Maka berikanlah setiap pihak haknya masing-masing.

==> Itu yang dikritik, yang keranjingan shalat lail [shalat malam / tahajud –ed.]. Bagaimana kalau Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam melihat bagaimana kita berinteraksi dengan gadget kita?

👉 Saya ingin tanya, kalau kita evaluasi diri, yang paling sering kita pegang, gadget kita atau tangan istri kita? Jangan-jangan, nikah bertahun-tahun tidak pernah gandengan tangan ini.

👉 Itu baru istri loh. Kita belum bicara Mushaf [Al-Quran], kita belum bilang kitab Shahīh Al-Bukhāriy, kita belum bicara kitab Shāhih Muslim, kita belum bicara Kitāb At-Tauhīd.

👉 Prioritas orang lebih asyik dengan gadget-nya. Mana yang lebih sering kita pegang, gadget kita atau kita pegang tangan mungil anak kita?

Itu semua punya hak. Kalau shalat saja tidak bisa dijadikan alat untuk menjustifikasi seseorang yang tidak menunaikan hak keluarganya, bagaimana [dengan] sosmed yang ada di tengah-tengah kita sekarang?

👉 Coba kita renungkan, kita tuh ngapain sih [dalam] hidup ini? Apakah kita pegang mushaf seperti kita pegang gadget kita?

👉 Pembagian waktu itu penting, karena kita akan ditanya oleh Allah Subhānahu wa Ta'ālā. Silakan bersosial dengan media-media yang ada, tapi jangan lupakan shalat, jangan lupakan menuntut ilmu. Waktu ini penting.

الوقت كالسيف إن لم تقطعه قطعك
"Waktu itu ibarat pedang. Kalau anda tidak tebas dia, dia akan tebas anda."

👉 Kita akan ditanya oleh Allah. Tadi haditsnya sudah dibacakan. Kaki ini tidak akan beranjak dari sisi Allah sampai kita ditanya empat perkara:

✔️ Waktu kita, kita habiskan untuk apa?
✔️ Lalu dalam riwayat masa muda kita, kita habiskan untuk apa?

Ini 'kan pengulangan dan penekanan, karena masa muda bagian dari waktu hidup kita. Itu ditanya oleh Allah.

Dan istri kita akan menuntut pada hari Kiamat, suami kita akan menuntut pada hari Kiamat. Anak-anak ketika kurang perhatian, papahnya sibuk dengan gadget-nya, mamahnya sibuk dengan gadget-nya, dia akan tuntut kita pada hari Kiamat kelak.

Maka, gunakan semestinya. Silakan punya grup, tapi jangan terlalu banyak aktif di grup, dan juga tidak jelas. Ketika dicek, cuma haha-hihi. Untuk apa? Padahal Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam mengatakan:

وَلاَ تُكْثِرِ الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ
"Jangan terlalu banyak tertawa, karena banyak tertawa itu akan mematikan hati." (HR. At-Tirmidzi no. 2305)

Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam 'kan mengatakan dalam hadits [yang diriwayatkan oleh] At-Tirmidzi no. 2317:

مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ اَلْمَرْءِ, تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ
"Salah satu tanda baiknya Islam seseorang, ia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat."

Jadi, kalau obrolan di grup sudah tidak jelas, apalagi cendrung haram, cut.. selesai.

Kalau cuman kasih jempol doang, buat apa habis-habisin waktu? Jangan habiskan waktu!

Salah satu tanda kebaikan seseorang, dia meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi akhiratnya atau bagi dunianya.

Prioritas orang habis satu jam, dua jam hanya untuk di grup satu, di grup dua, di grup tiga, di grup empat. Boleh, tapi dilihat proporsional, tidak?

👉 Al-Hasan Al-Bashri rahimahullāh pernah berkata:

من علامة إعراض الله تعالى ، عن العبد أن يجعل شغله فيما لا يعنيه
"Salah satu tanda bahwa Allah berpaling dari seseorang, Allah akan biarkan ia sibuk mengurusi hal-hal yang tidak bermanfaat baginya."

Jadi, kalau pekan ini kita evaluasi, waktu kita kebanyakan yang tidak bermanfaat dan mayoritas habis buat sosmed, maka itu menunjukan bahwa Allah berpaling dari kita. Kita ditinggalkan oleh Allah, kita tidak diberikan hidayah [petunjuk –ed.] oleh Allah, kita tidak diberikan taufik oleh Allah Subhānahu wa Ta'ālā.

Allah biarkan dia sibuk dengan hal-hal yang tidak bermanfaat.

____________________________

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 24 Al-Muharram 1438 H / 25 Oktober 2016 M
👤 Ustadz Nuzul Dzikri, Lc.
📔 Materi Tematik | Adab dan Hukum di Sosial Media (Bagian 02)
⬇ Download Audio: bit.ly/BiAS-NZ-SosMed-02

Info Program Cinta Sedekah Bulan ini :
1. Pendirian Rumah Tahfidz di 5 Kota
2. Membantu Operasional Radio Dakwah di 3 Kota

📦 Salurkan Infaq terbaik anda melalui
| Bank Syariah Mandiri Cab. Cibubur
| No. Rek : 7814500017
| A.N : Cinta Sedekah (infaq)
| Konfirmasi Transfer :
+62878-8145-8000

Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah
🌎 www.cintasedekah.org
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q

------------------------------------------

Adab dan Hukum di Media Sosial (01)

Ahad pagi, 6 Shafar 1438 H
_

#ADAB_DAN_HUKUM_DI_MEDIA_SOSIAL (01)

-----------------------------------

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

إنَّ الـحَمْدَ لله نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ،

أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا الله الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا 

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَديِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحَدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
.

Bapak-bapak, ibu-ibu, rekan-rekan, ikhwān, dan akhawāt yang saya muliakan, marilah kita awali dengan bersyukur kepada Allah Jalla wa 'Alā atas segala nikmat dan karunia yang Allah berikan dan Allah limpahkan kepada kita.. Nikmat yang tidak mungkin kita bisa hitung.. Nikmat yang senantiasa menyapa setiap derap langkah kita. Dan Allah meminta kita untuk bersyukur kepada-Nya.

👉 Dan nikmat yang harus kita syukuri secara khusus adalah:
⑴ Nikmat īmān
⑵ Nikmat Islām

⇛ Dua nikmat yang merupakan kunci kebahagiaan di dunia kita dan di akhirat kita.

Selanjutnya, marilah kita haturkan shalawat kita dan salam kita kepada qudwah kita, Nabi besar Muhammad shallallāhu 'alaihi wasallam beserta para keluarga beliau, para sahabat-sahabat beliau, dan orang-orang yang istiqamah berjalan di bawah naungan sunnah beliau sampai hari Kiamat kelak.

👉 Kita akan berbicara tentang sebuah fenomena yang sangat booming di tengah-tengah kita. Fenomena yang tidak memandang segmen dan batas usia: tua-muda, miskin-kaya, anak muda, bapak-bapak, [dan] ibu rumah tangga menggandrungi fenomena ini.

👉 Kita akan berbicara tentang:

Adab dan Hukum yang Berkaitan dengan Sosial Media.

Dalam kamus bahasa Indonesia:

Media itu berarti alat atau sarana komunikasi, perantara, penghubung.
Sosial artinya berkenaan dengan masyarakat.

Oleh karena itu, dari sisi bahasa di atas, medsos (media sosial) bermakna: sarana berkomunikasi dan berbagi.

Sehingga, hampir semua  media (medsos-medsos) tersebut memiliki istilah sharing yang mereka tawarkan, karena memang itulah makna dasar dari dunia yang akan kita bahas sebentar lagi.

⇛ Istilah lain dari media sosial adalah jejaring sosial, (yaitu) jaringan atau jalinan hubungan secara online di internet.

Jadi, yang kita gunakan adalah media yang berbasis internet.

Rasanya, kita kurang tertarik untuk mendengarkan, tapi penting untuk kita menududukkan masalah.

Kenapa demikian? Karena, kalau kita baca definisi di atas, maka fenomena sosmed ini, semakin membuat kita beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.

⇛ Fenomena sosmed seharusnya membuat seorang mukmin:
√  Semakin rajin ke masjid.
√  Semakin semangat mengikuti sunnah Rasul shallallāhu 'alaihi wasallam.
√ Semakin "sami'na wa atha'na".
√  Semakin tidak membantah apabila dikasih perintah atau larangan dari Allah dan Rasul-Nya.
√  Semakin tidak suka mendebat firman-firman Allah dan hadits-hadits Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam.

Kenapa demikian? Karena, 15 (lima belas) abad yang lalu, dalam hadits riwayat Imam Ahmad, Nabi menjelaskan bahwa salah satu tanda-tanda hari Kiamat, fenomena yang menunjukkan kiamat semakin dekat, beliau menyatakan:

إِنَّ بَيْنَ يَدَيْ السَّاعَةِ تَسْلِيمَ الْخَاصَّةِ وَفُشُوَّ التِّجَارَةِ وَقَطْعَ الْأَرْحَامِ وَشَهَادَةَ الزُّورِ وَكِتْمَانَ شَهَادَةِ الْحَقِّ وَظُهُورَ الْقَلَمِ
Sesungguhnya pengkhususan salam hanya untuk orang-orang tertentu saja, maraknya perdagangan, (banyaknya) pemutusan tali silaturahmi, (banyaknya) persaksian palsu, (banyaknya) penyembunyian persaksian yang benar, dan bermunculannya pena (tersebarnya karya tulis) akan terjadi menjelang terjadinya hari Kiamat.” (HR. Imam Ahmad)

Kalimat « ظهور القلم », secara bahasa kita terjemahkan  "tersebarnya pena" (tampilnya pena).

Ulama menjelaskan bahwa media komunikasi dan tulisan itu tersebar dengan masif sebelum hari Kiamat datang. Dan salah satunya, medsos yang sedang kita bahas dan sedang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Lima belas abad yang lalu, Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam mengatakan bahwa fenomena medsos ini pasti akan terjadi, tapi dengan bahasa Nabi, dengan bahasa klasik.

Lima belas abad yang lalu, Nabi tidak mengatakan:

"Ada sosmed loh, pokoknya nanti antum-antum pakai WhatsApp." Tidak! 

Atau, "Punya account di Facebook," tidak!

Tapi, Nabi menggunakan bahasa klasik dan substansinya sama: ظهور القل.

Artinya, pena-pena itu akan tampil, akan tersebar. Artinya, tulisan-tulisan, artikel-artikel, comment-comment itu cepat banget tersebarnya di tengah-tengah dunia ini.

Tulisan-tulisan tersebar tanpa batas, sekarang, secara masif. Dan Nabi mengatakan 15 (lima belas) abad yang lalu, "..Pena dan tulisan itu akan tersebar," tampil dan menguasai dunia.

Lima belas abad yang lalu dan yang berbicara ummiy, [yaitu –ed.] tidak bisa baca dan tidak bisa tulis, shallallāhu 'alaihi wasallam.

Makanya, tadi saya katakan, orang yang mengerti hadits di atas dan fenomena yang tersebar pada hari ini, dia harus semakin beriman kepada Rasulullah shallallāhu 'alaihi wasallam

⇛ Kalau Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam tepat dalam menjelaskan fenomena sosmed ini, maka Nabi pasti tepat juga ketika berbicara tentang adzab kubur.

⇛ Kalau ucapan Nabi terbukti ketika berbicara tentang pena dan tulisan akan berkembang dan akan tersebar sebelum terjadinya hari kiamat, maka:
√ Ketika beliau berbicara tentang fitnah kubur, maka itu akan terjadi.
√ Ketika Nabi berbicara tentang pertanyaan dalam kubur, maka itu pasti akan terjadi.
√ Ketika Nabi katakan bahwa kita akan dibangkitkan dalam kondisi telanjang bulat, maka itu akan terjadi.

√ Ketika Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam mengatakan bahwa kita akan berhadapan dengan Allah tanpa penerjemah, tanpa tim legal (pengacara), maka itu pasti akan terjadi.

√ Ketika Nabi shallallāhu 'alaihi wasallam mengatakan, "..Kaki seorang hamba tidak akan beranjak dari sisi Allah sampai dia ditanya tentang empat perkara," maka pasti itu akan terjadi.

⇛ Iman kita kepada Rasulullah shallallāhu 'alaihi wasallam harus bertambah, karena sosok ini tidak pernah bohong.

Ketika beliau mengatakan neraka, pasti ada neraka itu.

Sebagaimana beliau menjelaskan tentang tanda-tanda hari Kiamat yang tidak pernah ada sama sekali di kehidupan beliau, dan sekarang kita buktikan sendiri.

صدق رسول الله صلى الله عليه وسلم
.

____________________________

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 23 Muharram 1438 H / 24 Oktober 2016 M
👤 Ustadz Nuzul Dzikri, Lc.
📔 Materi Tematik | Adab dan Hukum Di Sosial Media (Bagian 01)
⬇ Download Audio: bit.ly/BiAS-NZ-Sosmed-01

Info Program Cinta Sedekah Bulan ini :
1. Pendirian Rumah Tahfidz di 5 Kota
2. Membantu Operasional Radio Dakwah di 3 Kota

📦 Salurkan Infaq terbaik anda melalui
| Bank Syariah Mandiri Cab. Cibubur
| No. Rek : 7814500017
| A.N : Cinta Sedekah (infaq)
| Konfirmasi Transfer :
+62878-8145-8000

Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah
🌎 www.cintasedekah.org
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q

------------------------------------------